OPINI: Secangkir Ilmu Paham, Jangan “SOK SOMBONG” Jikalau Kemampuan Masih Dangkal

Makin di gali makin terasa dangkal dari secangkir ilmu faham. Ketua BPAN LAI SRAGEN Awi (Kiri) bersama perwira tinggi TNI AD Kapten CPM Djoko Santoso (Kanan). Foto: dok/istimewa
SRAGEN – Beberapa klarifikasi konon tingkat terbawah dalam ilmu itu adalah “PAHAM”, hal ini dimana wilayah kejernihan logika berfikir dan kerendahan hati. Dan ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya.
Semisal, kalau mau banyak rezeki, pahami rezeki itu apa, bagaimana mendapatkannya secara syar’i, bagaimana mengupayakannya supaya menjadi berkah bermanfaat dalam hidup kita, setelah didapatkan bagaimana menggunakannya agar bisa memberi kebahagiaan serta bagaimana menyikapi kala rezeki tak sesuai harapan dan mengundang problem. Cari ilmunya, pahami dan amalkan.
Disisi lain, tingkat ke dua terbawah adalah “KURANG PAHAM”. Orang kurang paham akan terus belajar sampai dia paham, dia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul-simpul pemahaman yang benar …!
Mengapa orang belajar..? Karena merasa kurang paham tentang sesuatu.
Begitu pula dengan rezeki, jika merasa rezekinya susah, macet melulu dan tak selancar jalan tol, tanyakan pada diri mengapa bisa demikian? Adakah yang salah pada diri, pada cara dan pada pemanfaatan sumberdaya untuk memperolehnya? Gali terus sampai mendapatkan jawabannya.
Advertisement
Naik setingkat lagi adalah mereka yang “SALAH PAHAM”. Salah paham itu biasanya karena konyol yang dikedepankan, sehingga dia tidak sempat berfikir jernih. Dan ketika mereka akhirnya paham, mereka biasanya meminta maaf atas kesalah-pahamannya.
Inilah yang terjadi pada kebanyakan orang, salah paham soal rezeki. Saat rezeki lagi minta ampun susahnya kita merasa cukup merapalkan doa-doa tertentu, melakukan amalan-amalan tertentu, terus berharap besoknya langsung berubah jadi kaya serta merta??? Orang bodoh pun bakal tahu kalau ini pikiran yang salah.
Terus enggak boleh doa dan melakukan amalan?… Tentu boleh saja karena doa itu mengagungkan nama Allah. Tapi jangan mengandalkan itu sebagai jalan menuju tercapainya impian kita, doa dan amalan itu selain bekerja adalah bagian dari ikhtiar, demi mendapatkan ridho Nya.
Kemudian tingkat tertinggi dari ilmu itu adalah “GAGAL PAHAM”. Gagal paham ini biasanya lebih karena “KESOMBONGAN dan KEDUNGUAN”. Karena merasa berilmu, dia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dari orang lain, tidak mau lagi menerima arahan masukan, atau pilih-pilih hanya mau menerima ilmu (nasehat) dari yang dia suka saja, bukan ilmu yang disampaikan, tapi siapa yang menyampaikan …?



