Ini Kata R.A Kartini Terkait Budaya Poligami di Jawa

Para perempuan harus patuh terhadap aturan-aturan kerajaan yang sebenarnya ia tentang. Termasuk bagaimana dirinya harus berjalan dengan posisi jongkok saat melewati kedua orang tuanya, hanya untuk memperlihatkan rasa hormat.
Kemudian, Sejak tahun 1889 hingga 1904, Kartini pun mulai aktif menulis. Dalam salah satu suratnya pula, ia menentang budaya poligami yang saat itu masih kental dilakukan di Jawa.
Sebagai korban poligami, Kartini pada saat itu dipaksa menikah oleh ayahnya dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat. Pria itu diketahui, sudah memiliki tiga istri dan tujuh orang anak.
Ia menegaskan, praktik pernikahan paksa tersebut perlu dihentikan, karena perempuan seharusnya boleh menentukan pilihan hidupnya sendiri. Termasuk dalam memilih pasangan hidup.
Advertisement


