Advertisement

Hanya Karena Malas Disuruh Cuci Piring, Keponakan di Bogor Tega Habisi Tantenya

Hanya Karena Malas Disuruh Cuci Piring, Keponakan di Bogor Tega Habisi Tantenya
Foto: Polresta Bogor Kota
Advertisement
DAERAH
Selasa, 08 Apr 2025  08:19

Hanya karena kesal disuruh mencuci piring, seorang keponakan di Kedung Waringin, Tanah Sereal, Bogor, Jawa Barat, berinisial RF tega menghabisi nyawa tantenya sendiri, EL (59), Minggu (6/4/2025).

Tragedi memilukan itu terjadi di rumah korban yang terletak di Taman Cimanggu, Kelurahan Kedung Waringin, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor. Jenazah EL ditemukan dengan sejumlah luka di bagian wajah, diduga akibat penganiayaan berat.

Tak butuh waktu lama, jajaran Polresta Bogor Kota berhasil menangkap pelaku yang tak lain adalah keponakan korban sendiri. Kapolresta Bogor Kota Kombes Eko Prasetyo menyebut, pelaku RF (28) langsung diamankan tak lama setelah kejadian.

Kepala Satuan Reskrim Polresta Bogor Kota, Ajun Komisaris Aji Rizaldi menjelaskan, pembunuhan tersebut terjadi sekitar pukul 17.30 WIB, setelah keduanya terlibat adu mulut. Awalnya, korban meminta RF mencuci piring. Permintaan sederhana itu malah berujung petaka.

Baca juga:
Kadishub Bogor Nangis Seusai Ditelepon Dedi Mulyadi
Kawasan Pemda Bogor Porak Poranda Diterjang Hujan Disertai Angin Kencang

“Korban sempat menyipratkan air keran ke wajah pelaku. Pelaku yang kesal lalu melempar spons cuci piring ke arah korban dan memukul wajah korban secara bertubi-tubi,” ungkap Aji saat konferensi pers di Mapolresta Bogor Kota, Senin (7/4/2025).

Advertisement

Pukulan demi pukulan itu menyebabkan luka parah di bagian wajah korban. “Korban mengalami luka sobek besar di pelipis kiri, serta lebam di mata dan dagu. Ia meninggal dunia di lokasi kejadian,” tambahnya.

Dari hasil penyelidikan, terungkap bahwa hubungan antara RF dan korban memang sudah lama tidak harmonis. RF diketahui telah tinggal bersama EL sejak berusia 15 tahun, setelah menjadi yatim piatu. Selama 13 tahun tinggal serumah, keduanya kerap berselisih paham.

Baca juga:
Pemotongan Kompensasi Angkot Puncak Bogor Diusut Tim Saber Pungli
Dedi Mulyadi: Berseragam Atau Tidak, Preman Tetaplah Preman

Pelaku mengaku sering merasa dikekang oleh sang tante. Ia dilarang keluar rumah dan tidak diizinkan berkumpul dengan teman-temannya. Rasa kesal dan sakit hati yang menumpuk selama bertahun-tahun akhirnya meledak dalam bentuk kekerasan yang fatal.

“Ini bukan sekadar emosi sesaat. Tapi akumulasi dari rasa kesal dan tekanan yang dirasakan pelaku selama tinggal bersama korban,” jelas Aji.

1
2
Berikutnya
TAG:
#bogor
#penganiayaan
#pembunuhan
Berita Terkait
Rekomendasi
Selengkapnya
Formasi Indonesia Satu
Aliansi Indonesia