FIS: Kemenangan Prabowo-Gibran Karena Kecurangan adalah Narasi Jahat

"Kemudian faktor Mas Gibran yang dalam istilah anak sekarang 'dikira cupu ternyata suhu', yang ditunjukkan saat debat cawapres. Kemudian pembawaan Mas Gibran yang tetap santun, rendah hati serta menghormati orang yang lebih tua," ujarnya.
Dia juga menggaris bawahi Prabowo dan Gibran yang diserang seperti apapun berusaha tidak membalas, sehingga muncul istilah "jogetin aja" dan "senyumin aja".
Faktor-faktor itu membuat Prabowo-Gibran sangat disukai kaum muda (generasi milenial dan gen-Z) yang merupakan mayoritas pemilih, sekitar 52% dari keseluruhan masyarakat yang memiliki hak pilih.
"Dan yang tidak boleh dilupakan adalah relawan dan pendukung Pak Jokowi yang memberikan dukungan kepada 02. Semakin Pak Jokowi diserang, makin mudah keputusan menjatuhkan pilihan kepada 02. Dan itu kesalahan strategi yang sangat fatal terutama oleh 03," tegasnya.
Kepada pihak-pihak yang belum bisa menerima kekalahan, Mbah Darmo menyarankan agar melapor ke Bawaslu dan menggugat ke Mahkamah Konstitusi.
"Tentu kalau punya bukti-bukti kuat ya. Tapi kalau cuman teriak-teriak curang, membangun narasi jahat di media dan medsos, ya kesannya nggak punya bukti tapi ngotot memaksakan kehendak, ngotot menurunkan kepercayaan kepada penyelenggara pemilu dan pemrintah. Kalau di jaman Pak Harto itu tergolong tindakan subversif, bisa langsung dibui tanpa proses pengadilan. Beruntunglah ini di jaman Pak Jokowi, di era demokrasi, sehingga yang teriak-teriak itu masih bisa bebas dan leluasa," pungkasnya. (*)

