Falsafah “Mikul Duwur Mendem Jero”, Dibalik Ziarah ke Makam Presiden RI Ke-2

Jumat, 21 Februari 2020 Ketua Umum Aliansi Indonesia (AI) melakukan ziarah ke makam Presiden RI ke-2 (alm) Jenderal TNI (Purn) Soeharto dan (alm) Ibu Tien Soeharto di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah.
H. Djoni Lubis mengatakan ziarah ke makam secara umum adalah aktifitas yang sangat dianjurkan oleh agama, yaitu untuk mengingat mati serta mendoakan yang sudah meninggal.
“Secara umum seperti itu, untuk mengingat bahwa semua anak manusia pada akhirnya akan mati. Sehingga selama hidup di dunia, mumpung masih diberi kesempatan agar memperbaiki diri, memperbanyak amal sholeh baik habluminallah maupun habluminnaas,” ujarnya.
Tanpa mengingat mati yang merupakan awal menuju hari akhir, kata Ketua Umum AI itu, manusia tidak akan punya arah di dunia sehingga lebih mudah terjebak hidup menuruti hawa nafsunya.
“Itu secara umum, kalau ini ziarah ke makam Pak Harto dan Ibu Tien, karena untuk mengenang jejak-jejak langkah beliau terutama selama memimpin Negara Republik Indonesia selama 32 tahun,” imbuhnya.
Advertisement
Suka atau tidak suka, Soeharto adalah Presiden RI ke-2 yang berarti juga pernah menjadi pemimpin bangsa dan negara ini.
“Tentu banyak yang bisa kita teladani baik dari Pak Harto maupun Ibu Tien. Banyak yang bisa kita ambil sebagai pelajaran, baik sebagai pribadi, sebagai masyarakat maupun untuk bangsa dan negara,” paparnya.
Karena Soeharto pernah menjadi pemimpin di negeri ini, menurut H. Djoni Lubis, sikap yang tepat adalah sesuai falsafah Jawa yaitu “mikul duwur mendem jero”.
“Mikul duwur itu artinya yang menjunjung tinggi, mengingat jasa-jasa dan kebaikannya, meneladani semua yang baik,” kata dia.

