Gagal Panen Mengintai Mesuji (Bagian 1)

MESUJI. “Kita sarapan di jalan,” kata Sekretaris Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Mesuji, Nuryadi Hartopo dan saya baru saja turun dari mobil penjemput setelah malam sebelumnya sempat diajak mendampingi. Saya merasa, ajakan ini, sedikit banyak, adalah sesuatu hal yang sangat penting dan karena itu segera saya iyakan. “Sarapan setengah makan siang,” seloroh Hartopo lagi seolah sengaja menyadarkan kalau waktu ternyata sudah menunjukan pukul 09. 16 WIB. (07/08/21)
Kami semua tertawa.
Advertisement
“Saya ikut saja,” jawab Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mesuji, Ngadiman, yang juga sudah menunggu bersama Hartopo di salah satu Alfamart Simpangpenawar itu. Kepala BPBD Mesuji, Sunardi, mewakilkan padanya untuk menjadi bagian dari perjalanan cross cek lokasi setelah Hartopo berkomunikasi terkait laporan beberapa Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) tentang kekurangan air di hampir semua desa di Kecamatan Rawajitu Utara (RJU).
“Gagal panen mengintai RJU,” gumam Hartopo saat mobil mulai bergerak. “Kekeringan mulai melumat ratusan hektar sawah dan para petani sedang berhadapan dengan ancaman fuso dan hama yang serius.”
Dan itu adalah misi perjalanan kali ini: Hartopo dan Ngadiman akan melakukan survey awal untuk menanggapi keluhan para petani RJU yang beberapa di antaranya sudah menyatakan gagal panen. Hartopo tampaknya sangat terbebani oleh kondisi Daerah Pemilihannya (Dapil) dan hal itu, tampak dari bagaimana ia segera menuju lokasi padahal baru saja kembali dari perjalanan dinas di Sumatera Selatan.
Selepas melakukan ‘sarapan’ di salah satu warung kecil sisi jalan, perjalanan kembali berlanjut dan Ngadiman yang mengendalikan mobil sempat menanyakan kondisi jalan alternatif sebelum membanting stir ke kiri, di ujung turunan agak curam Desa Gunungtiga yang segera membawa kami memasuki sebuah portal jalan milik PT. PDBA.
“Lewat sini biar lebih cepat,” kata dia.
“Ya,” jawab Hartopo. “Lebih baik cepat dari pada tak sampai-sampai.”
- Baca juga:
- DPRD dan Pemkab Mesuji Setujui Tiga Raperda
Kami kembali tertawa.
Jalan pintas ini memang memotong rentang perjalanan menjadi lebih singkat hingga dalam waktu beberapa puluh menit saja kami segera tiba di Desa Bandar Anom. Dari sini, perjalanan kembali diteruskan menuju Desa Panggung Jaya dan Desa Sidang Way Puji dan kami mulai menapaki Desa Sidang Iso Mukti yang menjadi tujuan setelah Ngadiman kembali membanting stir ke arah kanan.
Advertisement
“Siapa yang akan kita temui?” tanya Ngadiman saat kecepatan mulai diturunkan.
“Langsung ke rumah ketua Gapoktan,” kata Hartopo. “Mas Giatno dan para anggota sudah menunggu.”
“Oh, Mas Giatno,” Ngadiman kembali berucap lalu menekan gas ke arah Barat. “Kenal saya.”
Apa yang disampaikan Hartopo ternyata sama sekali tak meleset. Setiba di rumah yang dituju, di halaman dan teras samping rumah sudah terlihat beberapa motor yang terparkir dan Giatno segera menyeruak tak lama kemudian.
“Sugeng rawuh, Pak Dewan!” sapa dia dan kami segera bersalaman khas Prokes; tangan saling mengepal lalu disentuhkan.
Hartopo kemudian memperkenalkan Pak Ngadiman yang sudah duduk bersila dengan menyatakan bahwa, tujuan utama kunjungan ini adalah untuk mendengarkan keterangan dan meninjau lokasi yang terindikasi gagal panen.
Advertisement
“Saya sengaja mengajak Sekretaris BPBD Mesuji untuk melakukan cross cek,” kata Hartopo.
“Sudah puluhan hektar yang mengalami gagal panen, Pak,” lapor Giatno.
“Ya. Kami juga sudah mendengar,” sela Ngadiman. “Karena itulah, nanti kita sama-sama akan cek lokasi dan kami minta, setelah ini, kawan-kawan Gapoktan dapat membuat laporan secara resmi berikut rincian luas hamparan yang terkena, juga estimasi tingkat kerugian,” Ngadiman memperjelas maksudnya.
Laporan tertulis itu, ditambahkan Hartopo, nantinya akan menjadi dasar survey lokasi lintas instansi, selain juga sebagai kajian apakah kondisi ini layak berstatus menjadi Bencana Daerah.
“Oleh karenanya, laporan secara detail berikut foto lokasi yang terdampak kekeringan menjadi hal yang sangat penting bagi Pemerintah Daerah kita,” kata Hartopo.
Usai melakukan beberapa dialog dengan para anggota Gapoktan yang lain, kegiatan kemudian berlanjut ke beberapa titik lokasi persawahan Desa Sidang Iso Mukti. Hartopo sempat menanyakan keadaan kanal yang tampak penuh air dengan kondisi kekeringan yang dimaksudkan yang itu membuat keningnya agak berkerut.
Giatno berkata: “Air memang masih ada, Pak. Tapi kondisinya sudah asin.”
“Dan jika dialirkan ke sawah, maka padi akan lebih cepat menemui kematian,” sahut salah satu anggota Gapoktan.
Hartopo dan Ngadiman terdiam beberapa saat dan tanpa berpikir panjang lagi, keduanya kemudian segera melompat ke dalam sawah yang sebagian besar padinya sudah mati dan kering.
“Benar-benar habis,” bisik Ngadiman.
Haropo mendesah. Sama sekali tak menjawab. Pandangannya sudah melesat ke beberapa hektar hamparan sawah lain yang juga mengalami nasib serupa. (BERSAMBUNG/FajarLAI)


