Advertisement

Dikeluhkan, Panen Para Petani di Sragen Anjlok Capai 50%. Penyebabnya Faktor Hama dan Cuaca

Dikeluhkan, Panen Para Petani di Sragen Anjlok Capai 50%. Penyebabnya Faktor Hama dan Cuaca
Foto: Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Sragen, Suratno. (Dok)
Advertisement
SOLO RAYA
Senin, 06 Feb 2023  14:00

SRAGEN - Kalangan petani di kabupaten Sragen, Jawa Tengah, mengaku sangat gelisah menyambut panen raya padi musim tanam ( MT) I dengan luas total 43 ribu hektare. Panen akan berlangsung sekitar 3 bulan, mulai akhir Februari nanti.  

Menurut Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Sragen, Suratno, panen raya MT I itu diperkirakan tidak maksimal atau hanya sekitar 50%, seperti yang terjadi pada musim tanam sebelumnya.

Advertisement

Penyebab utamanya karena faktor cuaca dengan curah hujan tinggi, serangan hama dan juga penyakit yang menyergap tanaman padi selama masa pemeliharaan. Ancaman paling parah ialah hama rumput kerdil, yang membuat pertumbuhan padi tidak normal,

“Teman teman petani sudah berjuang maksimal untuk menanggulangi. Tetapi dari panen sporadis yang sudah terjadi di wilayah Sambirejo atau daerah lain, hanya sekitar 50% yang bisa dipanen,” ujar Suratno.

Ia menuturkan, temannya yang panen padi seluas 1 hektare di Sambirejo, hanya mampu menyelamatkan tidak lebih 50%. Jika panen normal satu    hektare bisa menghasilkan 80 sak gabah, maka pada panen ini hanya menghasilkan 39 sak gabah.

Situasi panen tidak maksimal itu diperkirakan merata. Seperti yang dialami petani Tangkil, Sragen bernama Sudarjo. “Setengah hektare hanya dapat 28 sak, dari kondisi normal yang bisa mencapai rata-rata 46 sak gabah,” tukas dia.

Meski tengkulak memberikan harga bagus untuk gabah kering panen, yakni Rp6.500 per kilogram, petani tetap rugi, karena hasil panen tidak masimal.

“Petani lebih senang dapat harga gabah Rp5.100, namun panen dalam kondisi normal. Itu sudah untung, ketimbang dapat harga di atas Rp6.000 tetapi panen susut 50%,” imbuh Suratno.

Pada saat sama, para penebas atau tengkulak tidak bergairah lagi    melakukan pembelian gabah panenan petani, karena situasi panen yang mengarah hasil tidak maksimal.

Banyak penebas karena situasi pertanian MT I yang kurang baik ini, yang beralih menawarkan jasa perontokan saja.  “Ya karena menebas tidak seimbang, tidak maksimal,” pungkas Suratno. (N-3)

Editor: Awi

Advertisement

TAG:
#petani
#panen
#anjlok
#sragen
Berita Terkait
Rekomendasi
Selengkapnya
Formasi Indonesia Satu
Aliansi Indonesia