Presiden Jokowi: Jaga Nilai Tukar Rupiah dan Defisit Transaksi Berjalan

 
Selasa, 14 Ags 2018  18:54

Beberapa saat setibanya kembali di Jakarta usai meninjau penanganan korban gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung memimpin Rapat Terbatas tentang Lanjutan Strategi Kebijakan Memperkuat Cadangan Devisa, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (14/8) siang.

Presiden menegaskan, bahwa memperkuat cadangan devisa merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan, agar ketahanan ekonomi semakin kuat, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global, termasuk dampak yang terakhir terjadi di perekonomian di Turki.

“Kita juga harus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah pada nilai yang wajar, inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang aman,” kata Presiden.

Menurut Presiden, dilihat dari sisi fiskal, sekarang ini Menteri Keuangan telah mengelola dengan kehati-hatian yang sangat, sehingga defisit APBN bisa di angka 2,12 dan tahun depan sudah akan turun di bawah.

Untuk itu, lanjut Presiden mengulang kembali pernyataannya, bahwa anggaran belanja modal harus diperbesar terus, dan ini mulai kelihatan. Sementara di sisi moneter, Presiden melihat juga pengelolaan oleh Bank Indonesia sangat hati-hati, sangat prudent.

Advertisement

“Saya kira ini akan terus kita dukung,” ujar Presiden.

Dari sisi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Presiden Jokowi menilai CAR (capital adequacy ratio) perbankan Indonesia masih sangat kuat berada pada posisi 20% lebih, 22% tepatnya. Ia menekankan, hal-hal inilah yang harus terus dijaga.

Cek Langkah Perkuat Cadangan Devisa

Untuk memperkuat cadangan devisa, dalam kesempatan itu Presiden Jokowi meminta penjelasan mengenai progres di lapangan atas sejumlah langkah yang diputuskan, seperti percepatan pelaksanaan mandatori biodiesel B20, kemudian peningkatan Penggunaan Kandungan Dalam Negeri (TKDN) terutama untuk BUMN-BUMN besar yang sebelumnya banyak menggunakan komponen-komponen impor agar.

Berita Terkait