Meneguhkan Persatuan Indonesia Melalui Semangat Sumpah Pemuda
"Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dan ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang kita peringati sebagai Hari Sumpah Pemuda," kata Ketua Umum AI.
Setelah konsep, barulah melangkah ke proposal yang disusun oleh PPKI (Pantia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) lalu berubah menjadi BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Proposal itu berupa rancangan UUD 1945, di mana dalam pembukaannya termaktup sila-sila dari Pancasila sebagai Dasar Negara," jelasnya.
Tahap selanjutnya adalah proklamasi oleh Soekarno-Hatta.
"Jadi prosesnya sangat panjang, penuh perjuangan dengan keringat, darah dan airmata selama beberapa abad. Sehingga sangat mahal jika persatuan dan kesatuan itu lalu terkoyak karena berbagai perbedaan dan pertikaian," lanjutnya.
Melalui semangat Hari Sumpah Pemuda, H. Djoni Lubis mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk meneguhkan kembali persatuan dan kesatuan sebagai bangsa dan negara Indonesia.
Advertisement
"Indonesia adalah bangsa dan negara yang unik. Pluralitas suku bangsa, bahasa dan juga agama itu perbedaannya tidak ditiadakan, namun justru harus diperkuat untuk menopang dan semakin merekatkan persatuan Indonesia," kata H. Djoni Lubis.
Keberagaman itu yang diikat dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-beda namun satu jua), dengan kesadaran sebagai satu bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, di wilayah yang terbentang dari Sabang sampai Merauke namun disatukan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, di bawah panji yang sama yaitu Merah Putih.
"Jadi ayo kita rajut kembali persatuan yang telah terkoyak dengan berbagai egosentrisme kedaerahan, suku bangsa, bahasa maupun agama. Karena kita semua satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa: Indonesia," kata H. Djoni Lubis mengakhiri.