Jejak Ratu Bagus Mat Ali di Batin Nihan
Ratu Bagus Mat Ali Wafat Abad XVI
Cungkup makam yang kami datangi itu berjumlah dua; satu menaungi makam, dan yang satu lagi adalah tempat para penziarah beristirahat dan posisi keduanya tepat berada di tengah areal peladangan yang sudah dibajak dan siap di tanami. Tak jauh di dari sana, aliran Sungai Buaya yang melingkar membentang dari ujung Selatan hingga Utara. Layaknya sebuah makam tua, tak ada hal yang menandai makam ini kecuali dua bangunan cungkup yang sama sekali tanpa pagar pelindung.
Merdinata mengatakan, dia merasa berkewajiban menjaga makam ini sebab Tubagus Mat Ali adalah leluhur orang-orang Talang Batu. Namun ketika kami mulai memasuki makam itu, saya dan Apriadi sempat tertegun sebab batu nisan di makam itu ternyata berjumlah tiga. Ada dua nisan lain dengan posisi saling bersandingan dan tampaknya berusia sama.
Apriadi bertanya: “Kenapa tiga orang?”
Advertisement
“Ya,” jawab Mardinata. “Dua yang lain adalah Tuan Pemuja Rasul dan Ratu Bagus Muda. Keduanya saudara kandung Ratu Bagus Mat Ali.”
“Batin Nihan? Bukankah itu adalah nama seseorang juga?”
“Betul. Beliau adalah Ayah ketiga orang ini tapi makamnya terpisah.” Mardinata kemudian menunjuk sebuah arah berlainan dan kami semua menoleh ke sana. “lagi pula, akses jalan ke sana masih cukup sulit dan itulah fungsi alat berat yang akan tiba nanti, salah satunya.”
Mardinata kemudian menyampaikan keinginannya untuk memugar makam itu dan membangun akses jalan menuju ke lokasi. Dia ingin melakukannya sebagai semacam panggilan jiwa atas jasa para lelulur yang sudah membuka tanah ini yang dalam hal ini termasuk Ratu Bagus Mat Ali.