Demo Besar Guncang AS di 1.200 Lokasi dan 50 Negara Bagian
Amerika gelap. Bukan karena padamnya lampu, tapi karena jutaan rakyatnya merasa kehilangan cahaya demokrasi. Pada Sabtu (5/4/2025), dikutip CNN, ratusan ribu orang memadati jalan-jalan di seluruh 50 negara bagian Amerika Serikat dan kota-kota besar di dunia, dari New York, Washington, hingga London dan Paris.
“Mereka turun ke jalan dalam aksi unjuk rasa masif bertajuk “Hands Off!” sebuah perlawanan terhadap dominasi kekuasaan Presiden Donald Trump dan taipan teknologi Elon Musk yang jadi orang paling terdekat dengan Donald Trumpp,” sebut CNN.
Lebih dari 1.400 aksi digelar serentak di gedung-gedung pemerintahan negara bagian, kantor federal, balai kota, taman kota, hingga kantor-kantor anggota kongres. Gerakan ini diprakarsai oleh koalisi organisasi prodemokrasi, serikat pekerja, komunitas LGBTQ+, pejuang hak perempuan, kelompok veteran, dan organisasi hak sipil. Semua menyuarakan satu hal: hentikan pengambilalihan kekuasaan oleh segelintir orang kaya yang menyingkirkan suara rakyat.
“Apakah kamu marah karena demokrasi diserang, kehilangan pekerjaan, privasimu dilanggar, atau layanan publik dipotong? Momen ini untukmu,” tulis brosur resmi aksi tersebut. “Kami ingin membangun penolakan nasional yang masif dan terlihat atas krisis ini".
Advertisement
Menurut organisasi Indivisible, hampir 600.000 orang mendaftar sebagai peserta di berbagai lokasi. Ribuan lainnya datang secara spontan, merasa terpanggil oleh kekhawatiran bahwa negara mereka tak lagi dikuasai oleh prinsip-prinsip konstitusi, melainkan oleh kehendak dua pria paling berkuasa—Trump dan Musk.
Kemarahan rakyat bukan tanpa sebab. Sejak Trump kembali ke Gedung Putih, pemerintahannya meluncurkan gelombang kebijakan yang dipandang sebagai serangan langsung terhadap jaring pengaman sosial. Ribuan pegawai federal dipecat atau diberhentikan tanpa proses yang transparan. Anggaran untuk Medicaid, Jaminan Sosial, dan bantuan publik lainnya dipotong habis-habisan.
Amerika gelap ketika warganya yang sakit, tua, atau miskin tak lagi mendapat perlindungan negara. Elon Musk, yang kini menjabat sebagai kepala Department of Government Efficiency, mendorong pemotongan anggaran dengan agresif, bahkan menyombongkan diri telah “menggilas” USAID, lembaga bantuan yang selama ini membantu rakyat miskin di dalam dan luar negeri.
Tak hanya program sosial yang dirugikan. Program demokrasi internasional dibubarkan, pejabat pemilu yang menjaga integritas demokrasi diberhentikan, dan lembaga-lembaga pengawasan dibungkam. Di saat yang sama, kebijakan imigrasi diperketat. Lembaga ICE ditekan untuk mempercepat deportasi, termasuk terhadap seorang pria asal El Salvador yang dideportasi secara tidak sengaja.