Baperan dan Serang Personal dalam Politik Tak Bagus Buat Contoh Generasi Muda
"Dia seolah lupa, dia sendiri menelikung dan merebut posisi AHY yang sering disebut-disebut sebagai calon cawapresnya Anies. Dalam politik kan wajar komunikasi intens dan melihat berbagai alternatif. Kalau yang satu disebut menelikung atau merebut, lha yang dia lakukan sendiri apa coba?" kata dia.
Namun dari berbagai serangan personal yang paling membuat dia merasa prihatin adalah pernyataan Mahfud MD, cawapres nomor urut 3, terkait ibu yang berdosa pada bangsa jika melahirkan anak tanpa adab (etika).
'Memang sudah ada klarifikasi terkait konteks maupun maksud pernyataan tersebut, namun itu waktunya sangat dekat dengan insiden debat cawapres yang membuat Pak Mahfud baper dan terus mengungkit sampai berhari-hari masalah tersebut. Sehingga sangat sulit membuat publik percaya sepenuhnya bahwa pernyataan itu tidak tertuju ke siapapun," paparnya.
Baper itu pula yang menurut Safei justru menjatuhkan reputasi Mahfud MD sendiri yang selama ini dikenal sebagai pejabat atau tokoh yang memiliki integtitas dan kapabilitas.
"Baper, terus mengungkit-ungkit, yang artinya membawa permasalahan tersebut ke ranah personal, lalu ngambek terus mau mundur dari Menko Polhukam. Pandangan saya seperti itu," kata dia.
Advertisement
Menurutnya, seandainya Mahfud MD mundur di awal-awal kampanye, setidaknya sebelum menyerang kebijakan pemerintah di mana dia masih menjadi bagian dari pemerintah, tentu publik akan jauh lebih bersimpati, namun mundur pasca insiden justru menjadi blunder.
"Kalau mundur sekarang kesannya ya baper terus ngambek. Itu ngga bagus terutama sebagai contoh buat generasi muda jika tokoh sekaliber Pak Mahfud yang selama ini dikenal sebagai salah seorang dari sedikit pejabat yang bisa dicontoh baper dan ngambek dalam urusan politik. Ambyar sudah," lanjutnya. (*)